YANG
PANTAS DAN TIDAK PANTAS
DALAM PERCAKAPAN BAHASA INDONESIA
HIRDYANTARA
E1C011018
BASTRINDO
REGULER
PAGI
Pendidikan
Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah
Pendidikan
Bahasa dan Seni
Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas
Mataram
2012
KATA
PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Alhamdulillah,
Puji syukur saya panjatkan kepada Allah
SWT yang dengan rahmat dan karuniaNya, tugas makalah ini dapat diselesaikan
dengan tenggang waktu yang telah ditentukan. Shalawat serta salam tak lupa saya
haturkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah menuntun umat manusia terlepas
dari belenggu kebodohan.
Berhubung dengan
rancunya percakapan yang digunakan masyarakat dalam percakapan dan
berkomunikasi dalam kehidupan sehari-hari, maka saya mengambil judul makalah
yang berkaitan erat dengan percakapan yaitu Yang
Pantas dan Tidak Pantas dalam Percakapan Bahasa Indonesia. Makalah ini saya
selesaikan selain sebagai syarat perkuliahan, namun juga bertujuan untuk
mensosialisasikan bagaimana cara bercakap dan berkomunikasi yang baik ditengah
masyarakat, agar terciptanya keharmonisan dalam bermasyarakat melalui
percakapan yang baik.
Makalah
ini dapat terselesaikan berkat rahmat Allah SWT. Serta bantuan berbagai pihak.
Pada kesempatan ini, perkenankanlah saya mengucapkan terima kasih kepada :
1.
Bapak Prof.
Ir. H. Sunarpi, Ph.D selaku Bapak Rektor Universitas Mataram,
2.
Bapak Prof. Dr. Mahsun , M.S selaku
Bapak Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
3.
Bapak Drs. Mar’i , M. Si selaku Ketua Jurusan Bahasa Indonesia,
4.
Bapak Drs. Mar’i , M. Si selaku Ketua Program Studi S1 Pend. Bahasa
Sastra Indonesia dan Daerah,
5.
Bapak Drs. I Nyoman Sudika, M.Hum selaku Dosen Pembimbing Akademik.
6.
Bapak Drs. H. Nasaruddin M. Ali selaku dosen pembimbing mata kuliah
berbicara.
Akhirnya, saya ucapkan terima kasih sebesarnya
kepada kedua orang tua saya yang telah mendukung, baik dukungan moral dan
materil. Selain itu terima kasih pula saya ucapkan kepada teman dekat sekaligus
motivator saya, “Bq Riyan Anggriani Putri” yang tanpa sadar telah menyemangati
dan menjadi inspirasi saya menyelesaikan makalah ini.
Tentu saja tak ada gading yang tak retak, maka
ulasan serta saran-saran dari Pak Dosen dan pembaca pastilah sangat berguna
bagi kami untuk pembelajaran kedepannya. Semoga sumbangan pemikiran ini
bermanfaat bagi masyarakat dan sebagai pelopor dalam percakapan yang baik.
Mataram, 28 Mei 2012
HIRDYANTARA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
LATAR
BELAKANG
Sebagai titik tolak, ada beberapa prinsip dasar yang
paling menentukan kepantasan atau kepatutan dalam berkomunikasi dengan orang
Indonesia. Namun sebelum prinsip itu dijelaskan, perlu dikemukakan apa yang
kami maksud dengan pantas dan dan tidak pantas. Secara harfiah, pantas berarti
patut, layak, sesuai, sepadan, benar, tidak mengherankan, dan tampak elok (KBBI, 2003).
Kepatutan atau kepantasan yang kami maksudkan di sini adalah kepatutan atau
kepantasan suatu kata atau ungkapan yang digunakan pada konteks formal, bukan
informal. Suatu kata atau ungkapan dianggap pantas bila ungkapan itu dapat diterima
dengan baik dan diterima dengan senang hati lawan bicara kita, tetapi bila
ungkapan yang kita gunakan tidak mengenakkan orang lain atau lawan bicara kita,
khususnya pada konteks formal, maka kata atau ungkapan itu berarti tidak pantas
atau tidak patut digunakan.
Sebenarnya
ada beberapa prinsip dasar yang merupakan syarat yang
harus dipenuhi agar suatu interaksi dianggap pantas oleh umumnya orang
Indonesia. Dengan pemikiran seperti itu, saya mencoba
menggarap makalah ini bertujuan agar pembaca mengerti dan paham serta ada
kemauan untuk menerapkan dilapangan khususnya saat berkomunikasi dengan lawan
bicaranya.
Disamping
itu, dengan rancunya percakapan yang digunakan masyarakat dalam berkomunikasi
sehari-hari, menimbulkan
ketidak harmonisan dalam proses percakapan. Untuk itulah makalah
ini hadir sebagai pelopor dalam mengubah rancunya proses percakapan dan
berkomunikasi dikalangan masyarakat khususnya apabila kita dalam forum yang bersifat resmi. Dalam forum
resmi seperti diskusi, rapat dan sebagainya kita harus menggunakan kata dan
kalimat yang pantas digunakan dalam kondisi tersebut.
1.2
RUMUSAN MASALAH
1. Apa
saja yang harus diperhatikan dalam sebuah percakapan?
2. Bagaimana
cara membuka percakapan ?
3. Bagaimana
cara menutup suatu percakapan ?
4. Bagaimana
cara mengatur percakapan dengan lawan bicara ?
5. Bagaimana
cara menanyakan dan memberi arti serta meminta dan memberi klarifikasi ?
6. Bagaimana
cara memberikan komentar dalam sebuah percakapan ?
7. Bagaimana
cara menjernihkan kesalahpahaman ?
8. Bagaimana
menyampaikan Suatu Gagasan/ Menambah Hal-hal Terkait dalam sebuah percakapan ?
1.3
TUJUAN
PENELITIAN
1
Mengetahui apa saja yang harus
diperhatikan dalam sebuah percakapan.
2. Mengetahui
cara membuka suatu percakapan.
3. Mengetahui
cara menutup suatu percakapan.
4. Mengetahui
cara mengatur percakapan dengan lawan bicara.
5. Mengetahui
cara menanyakan dan memberi arti serta meminta dan memberi klarifikasi.
6. Mengetahui
cara memberikan komentar dalam sebuah percakapan.
7. Mengetahui
cara menjernihkan kesalahpahaman.
8. Mengetahui
cara menyampaikan Suatu Gagasan/ Menambah Hal-hal Terkait.
1.4 MANFAAT PENELITIAN
A.
Teoritis
1. Mengetahui apa saja yang harus diperhatikan
dalam sebuah percakapan.
.
B.
Praktis
1. Mengetahui
cara membuka suatu percakapan.
2. Mengetahui
cara menutup suatu percakapan.
3. Mengetahui
cara mengatur percakapan dengan lawan bicara.
4. Mengetahui
cara menanyakan dan memberi arti serta meminta dan memberi klarifikasi.
5. Mengetahui cara memberikan komentar dalam sebuah
percakapan.
6. Mengetahui
cara menjernihkan kesalahpahaman.
7. Mengetahui
cara menyampaikan Suatu Gagasan/ Menambah Hal-hal Terkait
BAB
II
KAJIAN PUSTAKA
- Prinsip nilai budaya ’hormat’. Prinsip ini menuntut agar setiap orang dalam cara berbicara, dalam pilihan kata dan ungkapan, dan dalam membawa diri selalu menunjukkan sikap hormat terhadap orang lain, sesuai dengan derajat dan kedudukannya. Prinsip ini merupakan kerangka normatif yang menentukan bentuk-bentuk konkret semua interaksi (Magnis-Suseno, 1984).
- Sebutan orang kedua amat penting diperhatikan dalam percakapan bahasa Indonesia (Aridah, 2007). Untuk mencapai kepatutan dalam berkomunikasi dengan orang Indonesia, sapaan untuk orang kedua sangat penting diperhatikan. Dalam bahasa Indonesia ada beberapa kata ganti orang kedua yang selalu digunakan dalam percakapan, yaitu Anda, kamu/kau, engkau, Bapak, Ibu, Saudara/Saudari, Ibu + nama suami, nona, adik, kakak, dan sebagainya. Menggunakan kata ganti orang kedua kepada lawan bicara kita sangat menentukan keberhasilan komunikasi kita. Tabel berikut memerikan cara menggunakan kata ganti orang kedua.
No
|
Kata Ganti Orang
|
Penggunaan
|
1
|
Anda
|
Dapat digunakan
kepada orang yang sama usianya atau lebih muda dari pembicara dalam konteks
formal, tetapi jarang digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
|
2
|
Saudara/Saudari
|
Penggunaannya
sama dengan Anda. Banyak digunakan dalam situasi formal.
|
3
|
Engkau
|
Untuk orang yang
sebaya, tetapi saat ini jarang digunakan dalam percakapan sehari-hari.
|
4
|
Bapak/pak
|
Sapaan hormat
kepada pria dewasa atau usianya lebih tua dari penyapa. Sapaan ini berlaku
untuk formal dan informal.
|
5
|
Ibu/bu
|
Sapaan hormat
kepada wanita dewasa atau usianya lebih tua dari penyapa. Sapaan ini berlaku
untuk formal dan informal.
|
6
|
Ibu + nama suami
|
Sapaan hormat
kepada wanita yang bersuami. Sapaan ini berlaku untuk formal dan informal.
|
7
|
Ibu/Bu + nama
|
Sapaan hormat
kepada wanita, khususnya wanita yang memiliki kedudukan atau berpendidikan
tinggi. Sapaan ini berlaku untuk formal dan informal.
|
8
|
Pak + nama
|
Sapaan hormat
kepada pria, khususnya pria yang memiliki kedudukan atau berpendidikan
tinggi. Sapaan ini berlaku untuk formal dan informal.
|
9
|
Mbak
|
Digunakan untuk
menyapa wanita dalam komunikasi informal.
|
10
|
Mas
|
Digunakan untuk
menyapa pria dalam komunikasi informal.
|
11
|
Dik/adik
|
Digunakan untuk
menyapa orang yang lebih muda, dan khususnya untuk orang yang sangat akrab.
|
12
|
Kak/kakak
|
Digunakan untuk
menyapa orang yang lebih tua, dan khususnya bila hubungannyanya sudah sangat
akrab. Sapaan ini untuk informal.
|
13
|
Kau, Kamu
|
Hanya dapat
digunakan untuk orang yang lebih tua kepada orang yang lebih muda atau orang
yang sangat akrab. Kata kamu sebaiknya dihindari pada saat Anda baru
berkenalan. Sapaan ini untuk informal.
|
14
|
lu, ente
|
Sebaiknya
dihindari digunakan, khususnya kepada orang yang baru Anda kenal. Cara ini
hanya digunakan kepada orang yang sangat akrab atau anak muda yang sangat
akrab. Sapaan ini untuk informal.
|
Secara umum, orang Indonesia sangat suka kepada orang yang
sopan. Untuk berlaku sopan, pembicara dituntut menggunakan sapaan yang tepat,
khususnya sapaan untuk orang kedua. Dalam sapaan yang pantas untuk konteks
formal adalah Anda, saudara, saudari, Bapak atau Pak, Ibu atau Bu. Untuk orang
pertama, umumnya orang Indonesia menggunakan pronomina ’saya’, tetapi ada juga
yang menyebut namanya sendiri khususnya bila para pembicara adalah orang muda.
3.
Prinsip ’ketaklangsungan’. Prinsip ini menuntut
setiap pembicara agar dalam interaksi tidak terkesan menyerang lawan bicaranya.
Cara bertutur kata yang langsung pada apa yang sebenarnya ingin di bicarakan
dianggap kurang patut bagi kebanyakan orang Indonesia. Karena itu, inti
pembicaraan sering terasa panjang-lebar dan terkesan berbelit-belit.
4.
Pilihan kata
menuntut pembicara untuk memilih kata atau ungkapan yang pantas untuk
berinteraksi dengan lawan bicaranya sesuai dengan konteksnya yang meliputi :
(1) jarak sosial antara penutur dan petutur, dan
(2) perbedaan kekuasaan antara penutur dan petutur. Dalam percakapan bahasa
Indonesia hubungan antara pembicara menentukan pilihan kata yang digunakan.
Hubungan itu misalnya: tua-muda, guru-murid, orangtua-anak, atasan-bawahan,
akrab dan tidak akrab.
5.
Unsur
Paralinguistik yang perlu diperhatikan dalam situasi percakapan dalam bahasa
Indonesia adalah penggunaan tangan. Bagi Indonesia, tangan kanan
merepresentasikan kesopanan, kebersihan, dan kebajikan. Karena itu, tangan kiri
sebaiknya tidak digunakan dalam kondisi: mempersilakan, memberikan sesuatu,
minum/makan, dst. Selain itu, bila pembicara itu lebih muda dariapda lawan
bicaranya atau status sosialnya lebih tinggi daripada dirinya, maka ia dituntut
untuk berlaku hormat dan sopan kepada lawan bicaranya. Selanjutnya, dalam
situasi tertentu, pembicara yang lebih muda atau status sosial yang lebih lebih
di bawah daraipada lawan bicaranya dituntut untuk berlaku sopan, misalnya
dengan gerakan tubuh yang sedikit agak membungkuk.
Dalam percakapan ada istilah
Fasilitator.
Fasilitator
adalah kata atau ungkapan yang digunakan untuk menunjukkan bahwa Anda
sungguh-sungguh menyimak dan mendorong orang lain untuk tetap melanjutkan
percakapan.
.
BAB
III
PEMBAHASAN
3.1 Membuka Percakapan
Banyak cara untuk membuka sebuah percakapan. Cara yang
dilakukan untuk membuka sebuah percakapan bergantung pada hubungan antara
pembicara satu dengan yang lain. Di bawah ini ada empat cara yang paling umum
digunakan untuk membuka sebuah percakapan. Ucapan salam kadang-kadang digunakan
sebelum memulai, tetapi tidak selalu demikian.
1.
Memperkenalkan Diri
Ucapan Salam +
|
3.
Memberi Pernyataan
4.
Meminta Perhatian
Cara pertama (ucapan salam + memperkenalkan diri) sering
digunakan kepada orang yang baru dikenal. Cara ke-2, ke-3, dan ke-4 juga dapat
digunakan kepada orang yang baru dikenal, rekan atau teman.
a)
Memperkenalkan Diri
Anda biasanya
menggunakan teknik ini kepada orang yang baru pertama kali Anda jumpai: pesta,
pertemuan, musyawarah, rapat, dan lain-lain. Hal ini tidak selalu menggunakan
topik. Hal ini biasanya tidak dibutuhkan topik pembicaraan
Pantas
|
Selamat pagi/siang/malam, nama saya Ningsih.
|
Selamat malam. Maaf, rasanya
kita pernah bertemu sebelumnya.
|
Selamat malam. Perkenalkan, nama saya Ningsih.
|
Tak Pantas
|
Siapa
namamu ?
|
Kamu
siapa ?
|
Namamu
X kan ?
|
Penjelasan: Untuk memperkenalkan diri, sebaiknya kita menyebutkan
nama kita terlebih dahulu baru menanyakan nama orang lain. Namun, biasanya bila
kita menyebutkan nama kita, lawan bicara kita akan menyebutkan namanya.
Menyebutkan nama biasanya disertai dengan jabatan tangan. Bila percakapan itu
melalui melalui telepon, penelpon harus terlebih dahulu memberi identitasnya
sebelum menanyakan identitas orang yang ditelpon.
b)
Bertanya
Cara kedua untuk membuka dan melanjutkan percakapan
adalah bertanya. Anda dapat menanyakan informasi atau meminta bantuan. Anda
perlu berhati-hati terhadap kesopanan dalam bertanya, terutama terhadap
pertanyaan yang bersifat pribadi. Untuk menanyakan hal-hal yang bersifat
pribadi memerlukan waktu yang cukup lama. Bahkan, orang akrab sekali pun sangat
sensitif menerima pertanyaan yang bersifat pribadi. Karena itu, demi lancarnya
percakapan Anda, diperlukan kemampuan untuk mencari topik yang lebih bersifat
netral.
c)
Memberi Pernyataan
Cara ketiga yang dilakukan untuk membuka percakapan
yaitu dengan memberi pernyataan. Cara ini dapat digunakan kepada orang yang
baru pertama kali dijumpai, rekan atau teman dalam berbagai acara. Beberapa
pernyataan sering berkaitan dengan keadaan sekeliling, pengalaman, topik
mutakhir, atau penampilan orang lain. Memberi pernyataan adalah cara yang baik
untuk melanjutkan percakapan.
d)
Meminta Perhatian
Teknik terakhir untuk membuka percakapan yaitu meminta
perhatian. Ini adalah cara yang paling sering digunakan ketika orang lain
terlihat sibuk. Cara ini juga digunakan
ketika Anda memiliki sesuatu yang istimewa untuk dibicarakan kepada orang lain.
3.2 Menutup Percakapan
Ada beberapa cara yang dilakukan untuk menutup
percakapan. Kadang-kadang
percakapan berakhir karena tidak ada lagi yang ingin dibicarakan. Simaklah
contoh berikut :
Pantas
|
Saya harap kita dapat bertemu
kembali di lain waktu. Mari.
|
Senang sekali bicara dengan
Saudara, tetapi saya harus menghadiri pertemuan di kantor. Maaf sekali, ya.
Mari.
|
Terima kasih atas waktu yang
Bapak berikan. Mari, pak.
|
Tak Pantas
|
Sudah
dulu ya.
|
Lain kali lagi, ya. Saya
tidak ada waktu!
|
Tampaknya Ibu kekurangan
waktu untuk saya.
|
3.3
Mengatur Percakapan Lawan Bicara
a.
Meminta
Lawan Bicara untuk Pengulangan/Mengulangi
Kadang-kadang
dalam sebuah percakapan, kita tidak mendengar atau tidak memahami apa yang
lawan bicara kita ucapkan. Dalam kasus seperti ini, kita perlu meminta lawan
bicara kita untuk mengulangi pernyataannya. Misalnya :
Pantas
|
Maaf,
bisa anda ulangi ?
|
Tadi
saya katakan bahwa ...
|
Tak Pantas
|
Bicara
apa tadi ?
|
Ulangi
!
|
Penjelasan
: Meminta lawan bicara untuk mengulangi kata-katanya sebaiknya diawali dengan
kata “maaf” atau “tolong“
b.
Meminta Lawan
Bicara untuk Mengurangi Kecepatan dan Volume Bicara
Kadang-kadang lawan
bicara kita terlalu cepat atau terlalu pelan sehingga kita tidak dapat mengerti
bahkan mendengar apa yang mereka ucapkan. Jika menghadapi situasi ini, kita
perlu meminta lawan bicara untuk berbicara lebih pelan atau mengeraskan
suaranya. Contoh :
Pantas
|
Maaf,
tolong bicara lebih pelan ?
|
Maaf,
pendengaran saya agak terganggu. Bisa bicara lebih keras lagi?
|
Tak Pantas
|
Cepat
amat bicaranya!
|
Kalau
bicara jangan keras-keras!
|
Penjelasan
: Untuk meminta lawan bicara menaikkan volume suara atau bicara lebih pelan
bisa dimulai dengan ‘maaf’, ‘tolong’, dan ‘mohon’. Yang perlu dihindari adalah
ungkapan yang bersifat mengeritik atau sok perintah.
3.4 Menanyakan dan Memberi Arti serta Meminta dan
Memberi Klarifikasi
Dalam sebuah
percakapan, kadang-kadang kita tidak mengerti kata atau pernyataan yang lawan
bicara kita ucapkan, atau kadang-kadang kita ingin lawan bicara memberikan
contoh atau menjelaskan lebih rinci tentang pernyataannya. Upaya-upaya ini bisa
dipandang sebagai upaya mengembangkan percakapan kita dengan lawan bicara.
a. Menanyakan Makna Kata atau Maksud Lawan Bicara
Pantas
|
Maaf,
apa bapak maksud ?
|
Maaf,
apa maksud ibu dengan ... ?
|
Tak Pantas
|
Bagaimana
orang bisa mengerti pernyataan Anda kalau Anda menggunakan kata-kata seperti
itu?
Maksudmu,
apa?
|
Apa
itu ?
|
b. Meminta Klarifikasi terhadap Pernyataan Lawan Bicara
Simaklah
contoh berikut :
Pantas
|
Bisa
Anda perjelas lagi maksud Saudara?
|
Apakah
Bapak bisa memberi contoh kepada kami?
|
Tak Pantas
|
Jangan
bertele-tele kalau berbicara !
|
Maksud
Anda apa !
|
Penjelasan: Cara
santun untuk meminta klarifikasi terhadap pernyataan lawan bicara atau orang
yang sedang/telah berbicara adalah dengan menggunakan kalimat tanya. Ungkapan
klarifikasi bisa diawali dengan ‘Maaf.’, khususnya bila lawan bicara kita
adalah guru, dosen, atasan, atau orang yang kedudukannya lebih tinggi dari
kedudukan kita. Kalau lawan bicara kedudukannya sama lebih rendah, ungkapan
‘Maaf.’ Tidak diperlukan.
3.5 Memberi Komentar
Untuk membuat
percakapan lebih mulus, pecakap biasanya
menggunakan ’fasilitator’. Fasilitator adalah kata atau ungkapan yang digunakan
untuk menunjukkan bahwa Anda sungguh-sungguh menyimak dan mendorong orang lain
untuk tetap melanjutkan percakapan. Meskipun begitu, orang kadang-kadang
menggunakan fasilitator walaupun dia tidak sungguh-sungguh mendengarkan lawan
bicaranya. Contoh :
Pantas
|
Kedengarannya menyenangkan/ bagus/ seru/hebat
|
Oh,
ya , Oh, ooh ...
|
Tak Pantas
|
Bodo
amat ! , Emang gue pikirin !
|
Alaaah
biasa aja !, itu sih derita lo !
|
Penjelasan: Pada saat memberi komtentar, sebaiknya dilakukan dengan
penuh perhatian melalui bahasa tubuh yang lain, seperti memberi anggukan,
gelengan kepala, tatapan mata, kerutan dahi, dan sebagainya.
3.6 Mengecek Pemahamam/Menjernihkan
Kesalahpahaman
Ketika
orang berbicara, kadang-kadang ada masalah akan pemahaman dan kesalahpahaman.
Atas alasan ini, sangat penting bagi kita untuk mengecek baik pemahaman kita
maupun pemahaman orang lain dari waktu ke waktu.
a)
Mengecek
pemahaman kita
Pantas
|
Maaf. Saya belum memahami betul maksud
Anda. Apakah Anda mengatakan bahwa...?
|
Maaf. Saya
masih kurang paham maksud Anda. Bisa di jelaskan lagi
|
Tak
Pantas
|
Langsung saja pada permasalahan.
|
Apa sih
maksud Anda?
|
Penjelasan: Untuk mengecek pemahaman kita terhadap pembicaraan lawan
bicara, biasanya kita menggunakan kalimat tanya. Kalimat tanya bisa langusng
digunakan dengan menggunakan kata tanya ’Apakah ...’ atau kalimat tanya diawali
dengan ungkapan ’Maaf. Saya kurang paham maksud Bapak’, ’Maaf. Saya belum
memahami betul maksud Ibu’.
b)
Mengecek
pemahaman orang lain
Pantas
|
Apakah penjelasan saya cukup jelas?
|
Apakah saya masih perlu memperjelasnya?
|
Tak
Pantas
|
Paham gak, maksud saya?
|
Ngerti ga sih?
|
c)
Menyelesaikan
kesalahpahaman
Pantas
|
Saya kira Anda belum memahami maksud saya. Yang saya maksudkan adalah ...
.
|
Maaf, sepertinya tadi Anda kurang memahami maksud saya. Yang saya maksud
adalah ... .
|
Tak
Pantas
|
Saya tetap tidak sependapat dengan kamu.
|
Kalau Anda tidak setuju, ya sudah.
|
Penjelasan: Ungkapan ’maaf’, ’mungkin’, ’barangkali’ sering digunakan untuk mengawali pembicaraan,
untuk menunjukkan kesopanan kepada lawan bicara.
3.7 Menyampaikan Suatu Gagasan/ Menambah Hal-hal
Terkait
Ketika kita berbicara
dalam kelompok, kita kadang-kadang memiliki gagasan yang kita ingin sampaikan
atau kita ingin tambahkan. Oleh sebab itu kita harus memperhatikan sbb :
Pantas
|
Pendapat
itu cukup bagus, tetapi ... .
|
Dalam
hubungannya dengan masalah ini, saya berpendapat bahwa ... .
|
Tak Pantas
|
Ga
bagus ah! Gimana kalau ...
|
Pendapat
Anda kurang cocok. Bagaimana dengan pendapat ini ... ?
|
Penjelasan:
Dalam memberikan
pendapat, pembicara Indonesia sering menggunakan kata ’mungkin’, dan
’barangkali’. Hal ini bukan berarti bahwa pembicara Indonesia ’ragu-ragu dengan
pendapatnya’, melainkan hanya sebagai tanda ’penghalus’ agar terkesan tidak
memaksakan pendapat
BAB
IV
PENUTUP
4.1
SIMPULAN
1.
Kepantasan dalam
percakapan bahasa Indonesia harus memenuhi syarat nilai budaya ’hormat’,
penggunaan sapaan untu orang kedua yang tepat sesuai dengan usia, status
sosial, ketaklangsungan, pilihan kata, unsur paralinguistik, seperti penggunaan
tangan kanan dan sedikit membungkuk.
2.
Ungkapan ’maaf’,
’mohon maaf’, dan ’mohon’ sering digunakan untuk mengawali suatu pembicaraan
sebagai penanda hormat kepada lawan bicara.
3.
Pertanyaan yang
bersifat sangat pribadi sebaiknya dihindari untuk menghindari ketidaknyamanan
lawan bicara kita dalam percakapan.
4.
Ungkapan-ungkapan
tidak formal sebaiknya dihindari dalam percakapan formal karena ungkapan itu
tidak pantas dalam konteks formal.
5.
Dalam semua teknik
percakapan, ungkapan formal tetap disyaratkan untuk mencapai derajat
kepantasan.
4.2
SARAN-SARAN
Agar mahasiswa dan masyarakat
mampu menggunakan kalimat yang pantas dalam berkomunikasi dan bercakap secara
baik dalam situasi formal. Selain itu juga agar pembaca mampu dan mau mencoba
menggunakan percakapan yang bersifat pantas dalam berkomunikasi.
Dalam berkomunikasi
mahasiswa mampu dan dapat berkomunikasi secara baikdalam berbagai situasi baik
formal maupun informal.
DAFTAR PUSTAKA
Aridah.
2007. Politeness Phenomena as a Source of
Pragmatic Failure in English as a
Second Language. TEFLIN Journal Vol. 12 Number 2.
Brown,
Penelope dan Stephen Levinson. 1978. Universal
in Language Usage: Politeness Phenomena.
Dalam Esther N. Goody (ed.) Questions and
politeness: Strategies in Social Interaction. New York: Cambridge
University Press.
Departmen
Pendidikan Nasional. 2003. Kamus Besar
Bahasa Indonesia. Edisi 3. Jakarta: Penerbit Balai Pustaka.
Departemen
Pendidikan Nasional. 2010. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan. Bandung: Yrama Wedia
Magnis-Suseno,
F. 1984. Etika Jawa: Sebuah Analisa Falsafi
tentang Kebijaksanaan Hidup Jawa. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Matreyek,
Walter. 1983. Communicating in English:
Examples and Models. Vol. 3 Situations.
New York: Pergamon Press Inc.
http://bektipatria.wordpress.com/materi/
http://bahasaindosugik.blogspot.com/2010/10/materi-bahasa-indonesia-kelas-xi-smama.html
http://tugas-smk.blogspot.com/2011/02/contoh-percakapan-dialog-bahasa.html
http://id.shvoong.com/social-sciences/1700602-selamatkan-bahasa-indonesia-dengan-dialog/
http://caridata.blogspot.com/ Keyword : Makalah
Bahasa Indonesia Format
Bagus, sangat bermanfaat Pak Ketua :) Terimakasih..
BalasHapus