PENDAHULUAN
- LATAR BELAKANG
Metode
struktural deskriptif masih mendominasi penelitian bahasa di barat di barat
hingga akhir 1950-an abad 20 M. Metode behaviorisme juga masih mendominasi
kajian-kajian yang berhubungan dengan pemerolehan bahasa, dan pembelajarannya,
baik bahasa ibu maupun bahasa kedua. Melihat kedua metode ini, yakni metode
struktural dan metode behaviorisme bahwa keduanya merupakan metode yang
sempurna atau menyeluruh dalam melihat karakteristik bahasa, pemerolehan bahasa
dan pembelajarannya.
Tetapi
periode ini bukanlah waktu yang pendek. Ia di namakan fase ilmiah yang berakhir
di tangan salah satu seorang penganut struktural setelah ia menguasai aliran
deskriptif. Lalu ia mengumumkan revolusi terhadap metode struktural dan
menyerang balik teori behaviorisme. Tokoh tersebut bernama noam chomsky seorang
linguis amerika serikat.
Berangkat
dari masalah di atas kami mencoba memaparkan secara lebih detail tentang
teori-teori yang di cetuskan oleh chomsky yang berkaitan dengan teori transformatif
dan kognitif dalam linguistik dengan tujuan adanya tulisan ini bisa
meningkatkan pengetahuan mahasiswa pada khususnya dan semua pihak yang
berkepentingan.
- RUMUSAN MASALAH
- Bagaimana pandangan teori
generatif transformatif mengenai bahasa?
- Apa ciri-ciri teori generatif
tranformatif?
- Apa perbedaan teori generatif
transformatif dengan teori struktural?
- Apa yang di maksud teori
kognitif?
PEMBAHASAN
- CHOMSKY DAN TEORI GENERATIF
TRANSFORMATIF
Teori baru
yang pertama adalah teori generatif transformatif yang di gagas oleh chomsky.
Ada ciri khusus yang membedakan teori chomsky ini dengan teori lainnya. Metode
chomsky sangat menaruh perhatian terhadap aspek akal. Ia membahas
masalah-masalah bahasa dan psikologi, lalu membingkainya menjadi satu bingkai
dengan bentuk bahasa kognitif. Akibatnya para peneliti merasa kesulitan untuk
membedakan antara bahasa, psikologi, dan filsafat.
Perbedaan
ini tampak jelas dari masalah-masalah yang di kemukakan oleh chomsky. Pada
umumnya chomsky mengangkat masalah ke permukaan dengan satu metode, baik dalam
masalah bahasa maupun psikologi ,seperti masalah makna, perbedaan masalah
struktur dalam dan struktur luar, antara kemampuan bahasa (competence) dan
perbuatan berbahasa (performance) serta kreasi dalam bahasa, fitrah (nurani),
universal bahasa, dan lain-lain.
Metode-metode
ini menyalahi kaum struktural dan behavior yang sezaman dengannya, yang
memusatkan perhatiannya pada struktur luar bahasa tanpa struktur dalam dan
makna. Di sisi lain metode ini menjadi penyempurna bagi metode-metode para
pendahulunya dari para ahli filsafat dan rasionalis, serta pengikut-pengikut
kaidah tradisional.sebenarnya pandangan-pandangan chomsky tentang karakteristik
bahasa, urgensi makna, dan berfikir dalam menganalisis bahasa bukanlah ide baru.
Pandangan ini merupakan ide lama yang di populerkan kembali untuk menghidupkan
aliran filsafat rasionalistik yang terkenal pada abad 17 M. Filsafat ini di
pelopori oleh ahli filsafat terkenal, rene descartes. Secara pribadi chomsky
terpengaruh oleh pemikirannya ,inilah faktor penyebab utamanya. Akibatnya
pandangan-pandangan chomsky memiliki karakteristik khusus yang menghimpun
masalah-masalah filsafat dan masalah-masalah linguistic-psikologis.dalam hal
ini dia meyakinkan bahwa ilmu bahasa (linguistik) merupakan bagian tak
terpisahkan dari ilmu jiwa kognisi (cognitive psychology).
Dari
contoh-contoh ini kita dapat mengetahui pandangan Chomsky terhadap bahasa
manusia. Chomsky melihat bahwa bahasa adalah kunci untuk mengetahui akal dan
pikiran manusia. Manusia berbeda dengan hewan karena kemampuannya berpikir dan
kecerdasannya, serta kemampuannya berbahasa. Itulah aspek yang paling
fundamental dalam aktivitas manusia. Karena itu sangat tidak logis jika bahasa
yang sangat vital ini berubah manjadi susunan kata yang terstruktur, kosong
dari makna, seperti pendapat kaum strukturis dan kaum behavioris.[1]
Teori
generative transformasi yang di letakkan Chomsky adalah teori modern paling
menonjol yang mencerminkan kemampuan akal, membicarakan masalah-masalah
kebahasaan dan pemerolehannya, serta hubungannya dengan akal dan pengetahuan
manusia. Chomsky mendasarkan teorinya atas dasar asumsi bahwa bahasa menjadi
bagian dari komponen manusia dan produk akal manusia. Unsure yang membedakan
manusia dengan hewan adalah kecerdasan dan kemampuannya berfikir. Karena itu ia
menolak pandangan yang melihat bahasa dari aspek luar, seperti pandangan kaum
strukturis. Ia beranggapan bahwa pandangan itu tidak sempurna karena tidak
membahas fenomena-fenomena bahasa yang pelik ini kecuali hanya sebagian kecil.[2] Lebih jauh lagi Chomsky berpendapat
bahwa pendukung-pendukung aliran structural belum menampilkan arti bahasa yang
sebenarnya. Karena, menurut pandangannya, teori apapun tidak bisa didasarkan
pada tuturan sebenarnya, meskipun sampel tuturan yang di kaji itu jumlahnya
banyak. Dengan pendapatnya ini ia berusaha keras untuk meruntuhkan pondasi
paling penting bagi tegaknya teori structural yaitu bahasa lisan.
Dalam
teorinya ini Chomsky sangat menaruh perhatian pada kaidah yang diistilahkan
dengan”system yang ada dalam akal penutur bahasa yang berbentuk batin, yang
diperoleh semasa kecil”. Berdasarkan pemahamannya terhadap kaidah-kaidah itu,
setiap penutur bahasa tertentu dengan bahasa ini akan mampu memahami kalimat
atau susunan kata dengan mudah, sekalipun ia belum pernah mendengarnya atau menggunakannya.
Chomsky menamakan kaidah pengetahuan batin ini dengan kaidah bahasa kifayah
lughowiyah (competence). Kaidah ini berbeda dengan kidah yang ia namakan
dengan al-a’da al-lughawi (performance).
Kaidah-kaidah
yang sangat Chomsky perhatikan ini mencakup atas ashwat(fonetik, fonologi),
shorof(morfologi), nahwu(sintaksis), dan ma’ani(makna-makna). Tetapi Chomsky
lebih focus pada aspek amaliah atau praktik dari kaidah sintaksis dan morfologi
secara khusus. Karena menurutnya praktik amaliahlah yang asli dan pokok yang
kepadanya kaidah-kaidah fonetik dan makna-makna itu didasarkan.
Chomsky
berpendapat bahwa tujuan dari semua teori bahasa hendaknya di hubungkan dengan
ilmu tentang kaidah-kaidah bahasa yang ada didalam akal si penutur bahasa,
yakni semua kaidah pengetahuan bahasa menjadi patokan.dengan pengetahuan kaidah
bahasa itu menjadikan penutur bahasa tertentu bisa melahirkan dan
menginovasikan semua kalimat-kalimat dengan benar didalam bahasa yang di
maksud. Ia juga bisa menjauhkan dirinya dari melakukan kesalahan dalam membuat
kalimat yang tidak benar.
Chomsky
beranggapan bahwa jalan menuju pengetahuan ini ada pada kalimat karena pada
kalimatlah yang menjadi pokok pembentuk bahasa dan analisis bahasa. Di dalam
menganalisis bahasa ia menggunakan istilah-istilah, rumus-rumus, dan
instrument-instrumen dari ilmu lain, seperti matematika dan logika. Semua itu
di maksudkan agar bisa membantu untuk sampai pada kaidah-kaidah yang benar,
tanpa perlu menngunakan istilah dalam kaidah tradisional. Karena menurut
pandangannya, istilah-istilah yang digunakan dalam kaidah tradisional sering
memunculkan kebingungan dan kekeliruan.
Dalam
teorinya ini Chomsky membahas beberapa masalah bahasa (linguistic) dan
psikologi. Menurutnya, dua hal ini sangat penting dan mendasar untuk dapat
memahami karakteristik bahasa, cara-cara menganalisisnya, proses pemerolehannya
dan juga untuk mengetahui aspek penggunaannya. Masalah sangat penting yang
dikritisi oleh Chomsky dari metode kaum structural ketika mereka menganalisis
bahasa adalah perhatiannya terhadap struktur luar bahasa, tanpa memperhatikan
struktur dalam bahasa itu. Berinteraksi dengan structur luar bahasa (surface
structure), menurut pandangannya, tidak akan memberikan memberikan manfaat
apa-apa, bahkan ilmupun tidak di dapat. Karena struktur luar bahasa tidak
menafsirkan sesuatu. Padahal, langkah yang paling penting adalah sampainya
seseorang pada struktur batin atau struktur dalam bahasa (deep structure).
Dengan memasuki sela-sela struktur dalam bahasa itu, kita akan sampai pada
system karakteristik manusia.
Perbedaan
struktur luar bahasa dan struktur dalam bahasa, menurut Chomsky bersumber dari
filsafat umum rasionalisme.ia berpandangan bahwa manusia merupakan makhluk yang
berbeda dengan semua makhluk lainnya. Di antara perbedaan yang paling penting
itu adalah kecerdasan dan kemampuannya berpikir. Karena itu tidaklah logis jika
bahasa sepenting ini hanya di batasi oleh tindakan menganalisi dan
mendeskripsikan struktur luar bahasa seperti stimulus-respon, dan memperlakukan
manusia seperti hewan atau alat. Di sisi lain kita melupakan makna dan peranan
akal dalam fenomena yang sangat luar biasa ini [3].
B. CIRI-CIRI
TEORI GENERATIF TRANSFORMATIF
Adapun
ciri-ciri teori ini secara lengkap adalah sebagai berikut:
- Berdasarkan paham mentalistik
Teori ini
beranggapan bahwa proses berbahasa bukan sekedar proses rangsang tanggap
semata, akan tetapi justru menonjol sebagai proses kejiwaan.proses bahasa bukan
sekedar proses fisik yang berupa bunyi sebagai hasil sumber getar yang di
terima oleh alat auditoris, akan tetapi berupa proses kejiwaan didalam diri
peserta bicara. Oleh karena itu, teori ini sangat erat kaitannya dengan
subdisiplin Psikolingiistik.
- Bahasa merupakan innate
Kaum
transformasi menertawakan anggapan kaum structural bahwa bahasa merupakan
factor kebiasaan. Mereka beranggapan dengan penuh keyakinanbahwa bahasa
merupakan factor innate(warisan keturunan). Apabila kaum strukturl dapat
memberikan bukti bahwa bahasa merupakan habit, maka kaum transformasipun dapat
membuktikan bahwa bahasa bukan habit. Dalam kasus ini Chomsky pernah minta
bantuan seorang rekannya ahli bedah otak. Berkat bantuan rekannya itu dapat di
buktikan bahwa struktur otak manusia dengan struktur otak simpanse persis sama,
kecuali satu simpul syaraf bicara yang ada pada struktur otak manusia tidak
terdapat pada struktur otak simpanse. Itulah sebabnya simpanse tidak dapat
berbicara walaupun kadang-kadang ada simpanse yang keterampilan dan
kecerdasannya mandekati manusia.walaupun di latih dengan metode drill and
practice seribu kali sehari tidak akan mungkin seekor simpanse dapat berbicara,
sebab dapat atau tidaknya berbicara itu bukan karena factor latihan atau kebiasaan
melainkan karena factor warisan atau innate.
- Bahasa terdiri atas lapis dalam
dan lapis permukaan
Teori
transformasional memisahkan bahasa atas dua lapis, yakni deep structure
(struktur dalam) dan surface structure (struktur luar). Lapis dalam adalah
tempat terjadinya proses berbahasa yang sesungguhnya/secara mentalistik dan
lapis permukaan adalah wujud lahiriah yang di transformasikan dari lapis batin.
- Bahasa terdiri atas unsure
competent dan performance
Linguistic
competent atau kemampuan linguistic adalah pengetahuan yang di miliki oleh
seorang penutur tentang bahasanya termasuk juga disini kemampuan seseorang
untuk menguasai kaidah-kaidah yang berlaku bagi bahasanya. Linguistic
performance adalah keterampilan seseorang dalam menggunakan bahasa.
- Analisis bahasa bertolak pada
kalimat
Kaum
transformational bahwa kalimat nerupakan tataran gramatik yang tertinggi. Dari
kalimat analisisnya turun kef rasa kemudian turun ke kata.
- Bahasa bersifat kreatif
Cirri ini
merupakan reaksi terhadap kaum structural yang fanatic terhadap standar
keumuman. Bagi kaum transformasial masalah umum atau tidak umum bukan
persoalan. Yang paling penting adalah kaidah.walaupun suatu bentuk bahasa belum
umum asal pembentukannya sesuai dengan kaidah yang berlaku, maka tidak ada halangan
untuk mengakuinya sebagai bentuk gramatikal.
- Membedakan kalimat inti dan
kalimat transformasi
Kalimat inti
adalah kalimat yang belum di kenai kaidah transformasi sedangkan kalimat
transformasi adalah kalimat yang di kenai kaidah transformasi.
- Gramatikal bersifat generative
Tata bahasa
yang bertolak dari teori ini di namakan tata bahasa geberatif transformasi
(TGT).di dalam teori ini ada anggapan bahwa aturan gramatika memberikan
mekanisme dalam otak yang membangkitkan kalimat-kalimat. Dengan satu kaidah
kita dapat menghasilkan kalimat yang tak terhingga banyaknya.
Aliran
Strukturalisme dipelopori oleh linguis dari Swiss, Ferdinand de Saussure
(1857-1913) dan dikembangkan lebih lanjut oleh Leonard Bloomfield. Aliran
strukturalisme ini memiliki pandangan tentang hakekat bahasa, antara lain:
a) Bahasa
itu adalah ujaran (lisan)
b) Kemampuan
bahasa diperoleh melalui kebiasaan yang ditunjang dengan latihan dan penguatan
c) Setiap
bahasa memilki sistemnya sendiri yang berbeda dari bahasa lain. Oleh karena itu,
menganalisis suatu bahasa tidak bisa memakai kerangka yang digunakan untuk
menganalisis bahasa lainnya.
d) Setiap
bahasa memiliki system yang utuh dan cukup untuk mengekspresikan maksud dari
penuturnya. Oleh karena itu, tidak ada suatu bahasa yang unggul atas bahasa
lainnya.
e) Semua
bahasa yang hidup berkembang mengikuti perubahan zaman terutama karena
terjadinya kontak dengan bahasa lain. Oleh karena itu, kaidah-kaidahnya pun
bisa mengalami perubahan.
f) Sumber
pertama dan utama kebakuan bahasa adalah penutur bahasa tersebut, bukan lembaga
ilmiah, pusat bahasa, atau mazhab-mazhab gramatika.Berdasarkan teori-teori
bahasa tersebut, ditetapkan beberapa prinsip mengenai pengajaran bahasa, antara
lain:
1.
Karena kemampuan berbahasa diperoleh melalui kebiasaan, maka
latihan menghafalkan dan menirukan berulang-ulang harus diintensifkan. Guru
harus mengambil peran utama dalam proses pembelajaran bahasa.
2.
Karena bahasa lisan merupakan sumber utama bahasa, maka guru harus memulai
pelajaran dengan menyimak kemudian berbicara, sedangkan membaca dan menulis
dilatihkan kemudian.
3.
Hasil analisis kontrastif (perbandingan antara bahasa ibu dan bahasa yang
dipelajari) dijadikan dasar pemilihan materi pelajaran dan latihan-latihan.
4.
Diberikan perhatian yang besar kepada wujud luar dari bahasa,
yaitu pengucapan yang fasih, ejaan dan pelafalan yang akurat, struktur yang
benar, dan sebagainya.Teori-teori linguistic structural ini seiring dengan
teori-teori psikologi behaviorisme dan menjadi landasan teoritis bagi metode
audiolingual dalam pengajaran bahasa.
C.
PERBEDAAN TEORI GENERATIVE TRANSFORMATIVE DENGAN TEORI STRUKTURAL
Menurut
kedua teori ini Pada dasarnya bahasa itu adalah ujaran (lisan). kemudian,
bahasa memiliki system yang utuh dan cukup memadai untuk mengekspresikan maksud
dari penuturnya, oleh karena itu, tidak ada suatu bahasa yang lebih unggul atas
bahasa lainnya.Namun demikian, terdapat beberapa perbedaan di antara keduanya,
antara lain:
a) Menurut
aliran structural, kemampuan berbahasa diperoleh melalui kebiasaan yang
ditunjang dengan latihan dan penguatan. Sedangkan aliran
transformatif-generatif menekankan bahwa kemampuan berbahasa adalah sebuah
proses kreatif.
b) Aliran
structural menekankan adanya perbedaan system antara satu bahasa dengan bahasa
lainnya, sementara aliran transformatif-generatif menegaskan adanya banyak
unsur kesamaan di antara bahasa-bahasa, terutama pada tataran struktur
dalamnya.
c) Aliran
structural berpandangan bahwa semua bahasa yang hidup berkembang mengikuti
perubahan zaman, terutama karena terjadinya kontak dengan bahasa lain, oleh
karena itu, kaidah-kaidah bahasa pun bisa mengalami perubahan. Sedangkan aliran
transformatif-generatif menyatakan bahwa perubahan itu hanya menyangkut
struktur luar, sedangkan struktur dalamnya tidak berubah sepanjang masa dan
tetap menjadi dasar bagi setiap perkembangan yang terjadi.Berdasarkan
teori-teori kebahasaan tersebut, dirumuskan prinsip-prinsip mengenai pengajaran
bahasa, antara lain:
a) Karena
kemampuan berbahasa adalah sebuah proses kreatif, maka pembelajar harus diberi
kesempatan yang luas untuk mengkreasi ujaran-ujaran dalam situasi komunkatif
yang sebenarnya, bukan sekedar menirukan dan menghafalkan.
b) Pemilihan
materi pelajaran tidak ditekankan pada hasil analisis kontrastif, melainkan
pada kebutuhan komunikasi dan penguasaan fungsi-fungsi bahasa.
c) Kaidah
nahwu dapat diberikan sepanjang hal itu diperlukan oleh pembelajar sebagai
landasan untuk dapat mengkreasi ujaran-ujaran sesuai dengan kebutuhan
komunikasi.
D. TEORI KOGNITIF
Seperti yang
sama-sama kita ketahui linguistic generatif transformative memberi dorongan
utama bagi perkembangan psikolinguistik yang non behavioris. Hal ini sungguh
benar karena linguistic baru tersebut memberi tuntutan mengenai hakikat dan
kerumitan bahasa dan karenanya juga mengenai pemakaian bahasa, yang belum
pernah di utarakan sebelumnya. Memang Chomsky telah berulang kali mengatakan
bahwa teorinya mengenai bahasa itu mengubah linguistic menjadi sebuah cabang
psikologi kognitif.
Informasi
ini muncul sebagai suatu yang mengejutkan bagi semua angkatan psikolog kognitif
yang belum pernah mendengar mengenai kaidah transformasi ataupun struktur
dalam. Di bawah kepemimpinan miller yang bijaksana maka banyak psikolog seperti
itu mulai meluangkan waktu untuk maju ke arah pengasimilasian linguistic baru
tersebut dank e arah penetuan cara-cara menguji tuntutan tersebut di
laboratorium di bawah kondisi-kondisi yang di awasi. Jadi ilmu psikolinguistik
itu telah lahir dengan nyata.[4]
Bertolak
belakang dengan teori behaviorisme yang menekankan pentingnya stimulus
eksternal dalam pembelajaran, teori cognitive menegaskan pentingnya keaktifan
pembelajar. Pembelajarlah yang mengatur dan menentukan proses pembelajaran.
Lingkungan bukanlah penentu awal dan akhir positif atau negatifnya hasil
pembelajaran. Menurut pandangan mazhab ini, seseorang ketika menerima stimulus
dari lingkungannya, dia melakukan pemilihan sesuai dengan minat dan
keperluannya, menginterpretasikannya, menghubungkannya dengan pengalamannya
terdahulu, baru kemudian memilih alternatif respon yang paling sesuai.
Para ahli
psikolinguistik pengikut teori kognitive, antara lain Noam Chomsky dan James
Deez, berpandangan bahwa setiap manusia memiliki kesiapan alamiah untuk belajar
bahasa. Manusia lahir dibekali oleh Sang Pencipta dengan piranti pemerolehan
bahasa atau LAD (Language Acquisition Device). Alat ini menyerupai layar radar
yang hanya menangkap gelombang-gelombang bahasa. Setelah diterima,
gelombang-gelombang itu ditata dan dihubung-hubungkan satu sama lain menjadi
sebuah system kemudian dikirimkan ke pusat pengolahan kemampuan berbahasa
(Language Competence). Pusat ini merumuskan kaidah-kaidah bahasa dari data-data
ujaran yang dikirimkan oleh LAD dan menghubungkannya dengan makna yang
dikandungnya, sehingga terbentuklah kemampuan berbahasa. Pada tahap
selanjutnya, pembelajar bahasa menggunakan kemampuan berbahasanya untuk
mengkreasi atau menghasilkan kalimat-kalimat dalam bahasa yang dipelajarinya
untuk mengungkapkan keinginan atau keperluannya sesuai dengan kaidah-kaidah
yang telah diketahuinya
Selain itu
menurut ausabel yang merupakan salah satu penganut aliran kognitif dalam
bukunya menyatakan bahwa belajar itu hendaknya bermakna nagi si pembelajar.
Belajar hendaknya berhubungan dengan pembentukan akal dan kognisi. Belajar juga
hendaknya menyampurnakan pengetahuannya terdahulu tentang sesuatu yang ingin di
pelajarinya. Darinya seorang pembelajar bisa memahami alam sekitarnya dengan
sebenar-benarnya jika ia bisa menghubungkan pengetahuan yang telah di milikinya
dengan objek yang hendak di pelajari.
Pandangan
psikologi kognitif ini sepakat dengan pandangan para pengikut aliran teori
generatif transformatif.mereka melihat bahwa bahasa adalah tingkah laku yang
berdasarkan kaidah (rule governed behavior).mereka memperolehnya sejalan dan
sesuai dengan teori kodrati. Berdasarkan pengertian kognitif dalam pemerolehan
bahasa ini dan pandangan fungsional bahasa menurut penganut teori kognitif,
trend pembelajaran bahasa asing mendapatkan bentuknya sendiri sebagai metode
pembelajaran bahasa yang di kenal dengan nama pendekatan kognisi (cognitive
approach). Pendekatan ini bertujuan untuk membentuk kompetensi bahasa yang
benar terhadap anak didik.
Para
penganut metode ini nerpendapat bahwa tujuan ini tidak mungkin terlaksana kalau
belajar itu tidak memiliki makna bagi siswa. Padahal pembelajar harus mampu
memusatkan perhatiannya pada pemehaman terhadap makna dengan pemahaman yang
sebenarnya. Pemahaman pembelajar itu harus memiliki fungsi atau makna sebagai
pengganti dari menghafal bentuk-bentuk dan acuan-acuan bahasa dan
mengulang-ulanginya.
Untuk
mewujudkan syarat ini syarat syarat lain harus tercukupi, antara lain :
1. Belajar
bahasa hendaknya mencakup empat kemahiran atau keahlian (mendengar, mengucap,
membaca, dan menulis).
2.
Memperhatikan perbedaan kemampuan intelegensi di antara siswa, karena setiap
pembelajar memiliki kemampuan yang berbeda-beda antara satu dan lainnya.
Agar belajar
itu bermakna para guru hendaknya mengarahkan para siswanya untuk dapat
memanfaatkan pengetahuannya yang terdahulu dengan segala kemampuan yang
dimilikinya. Pengetahuan ini di fungsikan untuk memahami materi yang ingin di
pelajarinya, baik materi kaidah atau gramatika. Jika seorang pembelajar tidak
mempunyai pengetahuan yang terdahulu terkait dengan materi pelajaran baru, atau
ia belum memahaminya dengan baik pada sat itu, guru hendaknya membantunya dalam
memahai materi pembelajaran yang di maksud, tepatnya pada saat ia memaparkan
masalah-masalah yang terkait dengan materi yang di bahas
PENUTUP
- Kesimpulan
Teori
generative transformasi yang di letakkan Chomsky adalah teori modern paling
menonjol yang mencerminkan kemampuan akal, membicarakan masalah-masalah
kebahasaan dan pemerolehannya, serta hubungannya dengan akal dan pengetahuan
manusia Berdasarkan paham mentalistik.
1. Ciri-ciri
Teori Generatif Transformatif adalah sebagai berikut :
- Berdasarkan paham mentalistik
- Bahasa merupakan innate
- Bahasa terdiri atas lapis dalam
dan lapis permsukaan
- Bahasa terdiri atas unsure
competent dan performance
- Analisis bahasa bertolak pada
kalimat
- Bahasa bersifat kreatif
- Membedakan kalimat inti dan
kalimat transformasi
- Gramatikal bersifat generative
2. Perbedaan
Teori Generative Transformative dengan Teori Structural
Menurut
aliran structural, kemampuan berbahasa diperoleh melalui kebiasaan yang
ditunjang dengan latihan dan penguatan. Sedangkan aliran
transformatif-generatif menekankan bahwa kemampuan berbahasa adalah sebuah
proses kreatiF
- Teori Kognitif
Bertolak
belakang dengan teori behaviorisme yang menekankan pentingnya stimulus
eksternal dalam pembelajaran, teori cognitive menegaskan pentingnya keaktifan
pembelajar. Pembelajarlah yang mengatur dan menentukan proses pembelajaran.